WARUNG
KELONTONG DAN SI IBU TUKANG SAYUR
Sebagai
ibu rumah tangga, siapa sich yang setiap pagi tidak membeli sayur? Tapi, kalau
rumahnya jauh dari pasar, lantas bagaimana? Apa yaa harus pergi ke pasar, iya
kalau rumahnya itu banyak angkutan umum, kalau jauh dari transportasi
gimana? Ngojek? Bisa-bisa berat diongkos, nich.
Tapi...
tenang. Semua bisa diatasi. Zaman sekarang, sudah banyak ibu-ibu tukang sayur
yang lewat. Yang dijualpun bahkan bukan cuma sayuran, ada juga jajanan dan
cemilan. Jadi, yang rumahnya
jauh dari transportasi kayak saya nich, belanja di ibu tukang sayur adalah
solusi tepat. Mau beli sayur apapun, tahu, tempe, daging sampai jajanan buat
anakpun serba ada. Dan asyiknya lagi nich, setiap hari enggak cuma satu atau
dua tukang sayur aja loh yang lewat, jadi kalau mau beli ini di tukang sayur
itu enggak ada, bisa beli di tukang sayur lainnya. Wah, yang ini benar-benar
membantu.
Dan
belanja kebutuhanpun juga enggak sebatas sayuran dan cemilan loh. Belanja
kebutuhan lainnya seperti beras, sabun, minyak dlln. Dan sembako kayak gini
biasanya di tukang sayur enggak ada, lantas apa solusinya?
Kembali,
tenang. Karena sekarang di kampung-kampung sudah banyak warung kelontong yang
menyediakan berbagai macam sembako. Jadi, beli beras, sabun, minyak dlln enggak
perlu lagi ke pasar. Semua kebutuhan, Inshaa Allah terpenuhi. Dan tak bisa
dipungkiri, kehadiran warung kelontong di kampung, benar-benar membantu
masyarakat sekitar.
Yang
seperti itu tuh, yang perlu diberdayakan. Usaha Kecil Menengah (UKM) atau mass market yang
menurut saya wajib dikembangkan. Karena tak bisa dipungkiri, kehadiran tukang
sayur dan warung kelontong di kampung itu benar-benar membantu masyarakat
sekitar. Kita yang rumahnya jauh dari pasar dan sulit transportasi, benar-benar
sangat terbantu dengan kehadiran mereka. Dan yang lebih membantu lagi, belanja
di tukang sayur dan warung kelontong ini enggak harus banyak, sesuai kebutuhan
saja. Kalau misalnya harganya sedikit mahal dari pasar, yaaa saya anggap wajar.
Karena yang namanya pedagang itu pasti juga ingin mencari untung.
Kehadiran
tukang sayur dan warung kelontong di kampung itu bagaikan simbiosis mutualisme.
Masyarakat setiap hari mempunyai kebutuhan dan mereka berjualan juga untuk
memenuhi kebutuhan.
Dan bicara
soal tukang sayur dan warung kelontong, saya dan keluarga punya langganan
sendiri loh. Ibu tukang sayur yang setiap hari jadi langganan saya dan ibu,
bahkan anak saya sampai akrab loh. Apalagi rumahnya cuma di kampung sebelah.
Namanya yaitu Mbak Siti. Mbak Siti ini biasanya lewat depan rumah jam 7 pagi.
Dia kalau kulakan itu pagi-pagi banget, sebelum subuh. Jadi, jam 7 sudah lewat
depan rumah. Jualannya lumayan komplit dan menurut saya nich, Mbak Siti ini
jualannya yang paling laris di antara tukang sayur lainnya.
Sementara warung
kelontong, langganan saya adalah warungnya Mbak Win. Dekat kog dari rumah,
jualannya juga kompit. Saking komplitnya tuh yaaa, mau beli tas, sandal, baju,
juga ada loh. Warungnya Mbak Win ini lumayan besar, laris banget, soalnya
harganya nggak jauh beda dari pasar dan menurut saya juga paling laris di
antara warung lainnya. Tapi yang perlu diingat, warungnya Mbak Win ini enggak
menerima hutangan alias ngebon loh, yaaa? Kan biasanya, ibu-ibu kalau belanja
di warung suka ngebon tuh, hehehe.
Warung
kelontongnya Mbak Wini ini merupakan satu-satunya penghasilan keluarganya Mbak
Win. Alhamdullilah, katanya untungnya lumayanlah buat kehidupan sehari-hari dan
bisa buat bayar sekolah anaknya.
Nah, jadi
usaha tukang sayur dan warung kelontong itu benar-benar bisa membantu kabutuhan
hidup, kan? Usahanya enggak terlalu besar, tapi Alhamdullilah untung lumayan.
Bicara
soal untung, bicara soal duit. Dan... gimana kalau duitnya ditabung? Buat masa
depan yang lebih baik.
Karena menabung itu, wajib diberdayakan. Karena dengan menabung, kita bisa
mempunyai simpanan masa depan. Dan, yang paling penting, kalau tabungan sudah
banyak, bisa juga buat tambahan modal usaha, loh.
Hmm, ngomongin soal menabung untuk memberdayakan, saya jadi ingat bank BTPN loh. Kenapa bank BTPN? Karena, jika kita menabung di bank BTPN Sinaya, itu artinya kita sama saja ikut memberdayakan jutaan para usaha kecil menengah alias mass market di Indonesia. Yaaa, kayak ibu tukang sayur dan warung kelontong di kampung yang saya ceritakan tadi, memberdayakan usaha mereka itu benar-benar sesuatu banget loh.
Oh yaaa, bagaimana kalau kita
ikuti simulasi tentang menabung untuk memberdayakan ini? Caranya seperti
berikut :
- Buka web http://menabunguntukmemberdayakan.com/ lalu klik MULAI SIMULASI
2. Kalau saya, klik Connect Facebook To Start
4. Kalau saya, saya coba memilih menabung Rp
500.000,- perbulan selama 1 tahun, dan lihat hasilnya
Seharusnya, uang tabungan saya selama
setahun adalah Rp 500.000,- x 12 bulan = Rp 6.000.000,- Namun di sini uang
saya menjadi Rp 6.145.086,- Jadi, uang sebesar Rp 145.086,- itu adalahsuku
bunga dan angka pada produk Taseto Mapan. Dan untuk mengetahui tentang
produk Taseto Mapan bisa dilihat di sini.
Nah, setelah mengikuti simulasi di atas, masih ragu untuk menabung di
BTPN? Selain menabung untuk masa depan, menabung di BTPN juga membantu jutaan
mass market yang kehadirannya sangat membantu kehidupan kita. So, tunggu
apalagi? Yuk mari menabung. Menabung untuk masa depan yang lebih hebat bersama
bank BTPN.
Wah tukang sayur jg sering jadi langganan saya nih buat beli belanjaan yg kurang dipasar
ReplyDeleteSaya ggpernah ke pasar, Mbak
DeleteJadi belinya di tukang sayur...heheh
Emang toko-toko kelontong ini banyak membantu kita tapi sayang kehadirannya mulai terkalah ama minimarket.
ReplyDeleteIyaa. Mas.. apalagi sekarang banyak bgt minimarket...
DeleteBener banget, Mak. Sekarang warung kelontong tuh udah lengkap banget. Jadi lebih praktis nggak perlu jauh. Sukses ya :)
ReplyDeleteTerima kasih Mami Ubi...
DeleteTukang sayur keliling ini adalah solusi buat emak2 malas ke pasar kayak saya
ReplyDeleteSoalnya klo ke pasar, udah jauh, lapar mata pula, begitu pulang belanjaan jauh lebih banyak dari rencana semula, memang lebih aman belanja diabang keliling deh hehe
Betul banget.. irit waktu dan tenaga juga...
DeleteHasil simulasinya sama denganku, Ibu Sri Ningsih
ReplyDelete