MY BLUE BIRD : BERBAGI DI BULAN PENUH BERKAH
MY BLUE BIRD : BERBAGI DI BULAN PENUH BERKAH.
Udara sore ini tak seperti biasanya, dingin
dan awan hitampun sudah menghiasi langit. Sepertinya sebentar lagi akan turun
hujan lebat. Padahal, bulan ini bukan musim penghujan. Ah, mungkin karena afek
La Nina, hingga cuaca menjadi tak menentu...
Dan benar saja, hujanpun turun dengan begitu lebat. Padahal, sebentar
lagi Magrib sudah datang. Sialnya, aku sama sekali belum membeli makanan untuk
berbuka.
“Oh My God, jam lima?” Tanyaku dengan tatapan kosong. Aku menggigit
ujung bibirku. Tak biasanya aku kacau seperti ini. Ngapain saja aku dari tadi? Seharusnya
aku sudah pulang semenjak sejam yang lalu. Seharusnya aku...
Aku manatap ke jendela, menatap air yang terus turun membasahi bumi. Sekilas
bayangan seseorang itu muncul, namun secepat kilat aku mengenyahkannya. Bagaimana
bisa selama ini aku mempercayai seorang iblis dengan balutan malaikat? Seorang terpercaya
namun nyatanya dia adalah pembohong, bahkan lebih tepatnya penipu.
Dan, taksi berwarna biru itu seolah memberikan kejutan yang tiada pernah
kubayangkan.
*
“Mas Angga,” seorang perempuan turun dari sebuah taksi berwarna biru, mendekat ke arahku dan Angga yang tengah bercakap di parkiran kantor. Perempuan berperut buncit itu mendekat. “Mas, antarkan aku ke rumah sakit, perutku mules-mules terus. Sepertinya anak kita sudah pengen keluar,” ucap perempuan itu. Aku menatap lekat Angga yang terlihat gugup. Maksudnya?
*
Allahu Akbar, Allahu Akbar
Allahu Akbar, Allahu Akbar
Asyadu Alla Ilaaha Illallaah
Kumandang adzan magrib mengalun indah di telingaku. Aku bersyukur, hari
ini aku mampu berpuasa. Meski kejadian tadi pagi seolah ingin membuatku marah. tetapi
aku mampu mengendalikan amarah itu. Semua salahku, seharusnya aku tak percaya
begitu saja dengan Angga. Meski usia terus menuntutku untuk segera mengakhiri
masa lajang, tapi bukan berarti aku bisa percaya begitu saja pada adam yang
baru kukenal.
Aku membatalkan puasaku dengan segelas air putih, sebelum akhirnya aku
mengambil tasku dan melangkah keluar ruanganku. Aku ingin pulang sekaligus
mencari buka.
Hujan masih turun dengan lebatnya. Di luar, kulihat sepasang suami
isteri setengah baya tengah berteduh. Romantis sekali. Si ibu itu menyandarkan
kepalanya di bahu si bapak. Padahal bisa kutebak, usia mereka hampir sama
dengan usia kedua orang tuaku. Tapi keromantisannya.
“Pak, ibu lapar...” terdengar rintihan si ibu.
“Sabar ya, Bu,” jawab si bapak.
“Perut ibu sakit, Pak,” si ibu kembali merintih.
“Sebentar, bapak carikan makanan.”
“Ke mana, Pak? Bukankah harta kita sudah habis di rampok?”
Dan percakapan itu masoh panjang. Aku lalu mendekat ke arah mereka. “Bapak,
Ibu, “ aku menyapanya.
Sejenak kami berkenalan. Hingga kutahu, mereka adalah Pak Karta dan Bu
Surti. Mereka dari kampung, ke Jakarta lantaran anak perempuannya melahirkan. Tak
ada yang menjemputnya di terminal, hingga kejadian naas itu terjadi, mereka
dirampok. Tapi Alhamdulillahnya, alamat si anak itu tidak itu dirampok. Selembar
kertas beralamatkan rumah si anak itu masih tersimpan rapat di kantong baju Pak
Karta.
Aku mengelus dada.
“Ikut saya saja yuk, “ ajakku.
“Ke mana, Nak?” Tanya Bu Surti.
“Mencari buka, Bu. Nanti saya antar Bapak dan Ibu ke rumah anaknya,”
jawabku.
Argh. Dan ternyata aku lupa, hari ini aku kan tak membawa mobil. Pesan taksi
aku juga tak hafal nomernya. Mau menyuruh karyawanku, kantor sudah sepi. Dan tak
mungkin juga aku berlari hujan-hujanan ke jalanan hanya untuk memesan taksi.
Baca : Thank You My Blue Bird
Aku ingat sesuatu. Aku segera meraih
smartphoneku. Minggu lalu seorang teman menyuruhku mendownload sebuah
aplikasi, ya aku ingat namanya aplikasi My Blue Bird. Argh... aku jadi ingat
taksi berwarna biru itu.....
Tapi ya sudahlah, suasana genting, tak ada waktu untuk memikirkan patah
hati. Akupun segera berselancar ke aplikasi My Blue Bird. Aku tak butuh waktu
lama untuk mempelajari aplikasi ini. Benar, aplikasi ini sangat membantuku. Setidaknya,
melalui aplikasi My Blue Bird aku bisa memesan taksi tanpa harus repot-repot
berhujan-hujanan, melalui aplikasi My Blue Bird juga aku bisa mengetahui titik keberadaan taksi yang menjemput
melalui peta digital, sehingga pelanggan bisa memperkirakan waktu kapan taksi
akan datang dan aku juga bisa tahu berapa estimasi biaya yang harus
kukeluarkan.
Sementara kelebihan lain dari aplikasi My Blue Bird
adalah :
-
melalui aplikasi ini para penumpang dapat mengetahui
keberadaan taksi yang dipesan, nomor taksi, dan identitas pengemudinya
-
aplikasi My Blue Bird
ini dilengkapi dengan fitur “call driver”, sehingga pelanggan yang ingin
konfirmasi keberadaan armada yang akan menjemputnya dapat menghubunginya secara
langsung ke pengemudi tanpa perlu menghubungi call center
-
demi keamanan privasi
pelanggan, saat menelepon, nomor pelanggan tidak akan muncul di perangkat mobile data
terminal yang ada di mobil. Artinya, nomor tamu tidak diketahui oleh pengemudi
-
kelebihan lain dari
aplikasi My Blue Bird adalah share info trip, dan history
order. Selain itu, ada dua kelebihan lain yang akan diluncurkan dalam waktu
dekat, yakni taxi nearby dan pay with credit card
-
ketentuan biaya
penggunaan pelayanan taksi melalui aplikasi tersebut ialah pembayaran pertama
sebesar Rp 8.000 ketika membuka pintu, sedangkan, pembayaran selanjutnya
sebesar Rp 4.400 per-Km
Akupun lalu memesan taksi melalui aplikasi My Blue
Bird. Ternyata caranya sangat mudah sekali :
1. Buka aplikasi My Blue Bird yang sudah diinstal di smartphone
2. Klik gambar mobil atau order
3. Pick up here (pilih di mana kita berada)
4. Isi data dengan jelas dan lalu klik Order
Untung ya, aku kemarin mau-mau saja tatkala temanku
menyuruhku menginstal aplikasi My Blue Bird. Ternyata ada manfaatnya.
Tak berapa lama kemudian taksipun datang. Aku sempat
memandang ‘bagaomana’ dengan taksi berwarna biru itu. Kejadian tadi pagi. Ah,
kembali kuenyahkan. Aku segera mengajak Pak Karta dan Bu Surti masuk ke dalam
taksi. Dalam sepanjang perjalanan, banyak obrolan yang kami bicarakan.
Alhamdulillah, obrolan kami tidak mengganggu pak sopir dalam mengemudi. Lagipula
sudah pada tahu, kalau sopir Blue Bird itu memang terkenal ramah dan sopan, tak
mungkinlah pak sopir menyuruh kami menghentikan obrolan.
Tujuan pertama kami adalah sebuah restaurant. Aku, Pak
Karta dan Bu Surti berbuka puasa terlebih dahulu. Sehabis itu, barulah aku
mengantarkan Pak Karta dan Bu Surti ke rumah anaknya. Dan tahukah kalian, rumah
yang dituju Pak Karta dan Bu Surti itu adalah kediaman seorang Angga Pradipta. Jadi,
perempuan yang tadi pagi itu adalah...
Ps : Kalian punya cerita tentang Blue Bird? Atau ingin
mereview alikasi My Blue Bird? Yuk klik di sini. Ceritakan pengalaman kalian.
Mbaaak....aku kok jadi hanyut sama ceritanya malahan.Itu fiksi kan?Hihi...jadi nggak fokus sama aplikasinya nih..
ReplyDeleteHahaha... iyalah Mbak...
DeleteAku belum punya nih aplikasi ini... kayaknya perlu dicoba nih..
ReplyDeleteYuk ah, instal... hehe
DeleteKemaren aku juga naik bluebird, gampang banget, masa begitu klik book now, taksi langsung datang, keren deh bluebird
ReplyDeleteAlhamdulillah, terbantu sama aplikasinya ya, Mas :)
DeleteAlhamdulillah, terbantu sama aplikasinya ya, Mas :)
DeleteCeritanya seruuu...kayak baca cerpen jadi ngikutin ceritanya aku
ReplyDeletehehehe... :)
Delete"Jadi, perempuan yang pagi tadi itu adalah...." duh mbak hehhee xD
ReplyDeletenice post mbakk! Salam kenal :D
Anyway, saya jadi follower ke 59 nih heheheh. Sukses terus mbak