KUDUS, MEMBANGUN SEJARAH DALAM
WISATA
Kabupaten Kudus adalah sebuah kabupaten di provinsi Jawa Tengah. Ibukota kabupaten ini adalah Kota Kudus, terletak di jalur pantai timur
laut Jawa Tengah antara Kota Semarang dan Kota Surabaya. Kota ini berjarak 51 kilometer dari timur Kota Semarang.
Batas Kabupaten Kudus :
Kudus dikenal sebagai kota
industri. Khususnya Kudus dikenal sebagai kota penghasil rokok (kretek) terbesar di Jawa Tengah. Kudus juga dikenal sebagai kota santri. Kota ini adalah pusat
perkembangan agama Islam pada abad pertengahan. Hal ini
dapat dilihat dari adanya tiga makam wali/sunan, yaitu Sunan Kudus, Sunan Muria, dan Sunan Kedu.
Hingga, Kudus bisa dikatakan Kudus Membangun industri dalam wisata sejarah
Islam. Karena Kudus tidak hanya menyajikan industri saja, tetapi juga
menyajikan wisata penuh sejarah dan berbau Islam.
WILAYAH
KOTA KUDUS
Sebagian besar wilayah KabupatenKudus adalah dataran rendah. Di sebagian wilayah utara
terdapat pegunungan (yaitu Gunung Muria),
dengan puncak Gunung Saptorenggo (1.602 m dpl), Gunung Rahtawu (1.522 m dpl), dan Gunung
Argojembangan (1.410
m dpl). Sungai terbesar adalah Sungai Serang yang mengalir di sebelah barat,
membatasi Kabupaten Kudus dengan Kabupaten Demak. Kudus dibelah oleh Sungai Gelis di bagian tengah sehingga terdapat
istilah Kudus Barat dan Kudus Timur.
SEJARAH
KOTA KUDUS
Kudus awalnya kota di tepi Sungai
Gelis, dan salah satu kota di Pulau Muria. Dahulu Kota Kudus bernama Kota
Tajug, disebut Tajug karena di daerah tersebut terdapat banyak Tajug, Tajug
merupakan bentuk atap arsitektur tradisional yang sangat kuno dipakai tujuan keramat.
Tajug dahulunya dijadikan tempat bersembahyang warga Hindu di daerah tersebut. Dengan demikian
kota Tajug dulunya sudah memiliki sifat kekeramatan tertentu. Sunan Kudus
mendekati warga kota Tajug dengan membuat struktur atas Menara Kudus yang
berbentuk Tajug. Warga hidup dari bertani, membuat batu bata, menangkap ikan,
dan berdagang. Setelah kedatangan Sunan Kudus, Kota itu dikenal sebagai "Al-Quds"
yang berarti "Kudus". Kota Tajug memang sudah lama menjadi kota
perdagangan, tapi karena posisinya agak jauh dari Selat Muria, tidak ada
pelabuhan besar di Kota Tajug, hanya pelabuhan transit, yang nanti akan transit
lagi ke Pelabuhan Tanjung Karang di tepi Selat Muria. Pada saat itu, Selat
Muria masih dalam dan lebar, sebagai jalan pintas perdagangan. Pelabuhan
Tanjung Karang adalah pelabuhan transit penghubung ke pelabuhan Demak, Jepara
dan Juwana. Komoditas utama expor Pelabuhan Tanjung Karang adalah kayu yang
berasal dari muria, yang juga digunakan sebagai salah satu material pembangunan Masjid Agung Demak.
Pedagang dari Timur Tengah, Tiongkok, dan pedagang antar pulau dari
sejumlah daerah di Nusantara berdagang kain, barang pecah belah, dan hasil
pertanian di Tajug, tepatnya di Pelabuhan Tanjung Karang. Warga Tajug juga
terinspirasi filosofi yang dihidupi Sunan Kudus, Gusjigang. Gus berarti bagus, ji berarti mengaji, dan gang berarti berdagang. Melalui filosofi itu, Sunan Kudus
menuntun masyarakat menjadi orang berkepribadian bagus, tekun mengaji, dan mau
berdagang. Dari pembauran lewat sarana perdagangan dan semangat ”gusjigang”
itulah masyarakat Kudus mengenal dan mampu membaca peluang usaha. Dua di
antaranya usaha batik dan jenang. Kini, selat muria sudah hilang ditelan
sedimentasi, begitupun dengan Pelabuhan Tanjung Karang, hilang dan hancur
ditelan sedimentasi.
Berdirinya Masjid Menara Kudus sebagai Hari Jadi Kabupaten Kudus. Masjid Menara Kudus tidak lepas dari peran Sunan Kudus
sebagai pendiri dan pemrakarsa. Sebagaimana para walisongo yang lainnya, Sunan
Kudus memiliki cara yang amat bijaksana dalam dakwahnya. Di antaranya, dia
mampu melakukan adaptasi dan pribumisasi ajaran Islam di tengah masyarakat yang
telah memiliki budaya mapan dengan mayoritas beragama Hindu dan Buddha. Pencampuran budaya Hindu dan
Budha dalam dakwah yang dilakukan Sunan Kudus, salah satunya dapat kita lihat pada
masjid Menara Kudus ini. Masjid ini didirikan pada tahun 956 H atau 1549 M. Hal
ini dapat diketahui dari inskripsi (prasasti) pada batu yang lebarnya 30 cm dan panjang 46 cm yang terletak pada mihrab masjid
yang ditulis dalam bahasa Arab.
Sebenarnya, banyak orang salah
paham dengan Menara Kudus. Masyarakat berpikir bahwa menara kudus dibangun
bersama dengan Masjid Menara Kudus, padahal tidak. Menara Kudus sudah ada dari zaman
Hindu-Buddha, dan umurnya jauh lebih tua dari Masjid Menara Kudus. Kini, kejayaan dan kemakmuran Kota Kudus karena
perdagangan, terulang lagi karena Industri, dan posisi Kudus yang strategis
sebagai lalu lintas perdagangan Jawa.Terletak di jalur Pantura, atau AH2 (Asian Highway 2) membuat Kota
Kudus ramai, dan maju. Bahkan Kudus adalah yang paling maju di Karesidenan Pati dan di Semenanjung Muria.
Pendapatan perkapita Kudus juga yang tertinggi di Jawa tengah, karena hasil
industri yang besar, serta penduduk yang tidak terlalu banyak, tapi dengan
kepadatan penduduk yang relatif tinggi.
TEMPAT
WISATA
1. MENARA
KUDUS
Menara kudus merupakan ikon Kota Kudus, menara ini berada di komplek Masjid Al – Aqsa.
Memang masjid al – aqsa kurang begitu terkenal di kalangan warga kudus. Masjid
ini lebih terkenal dengan masjid menara Kudus mungkin dikarenakan masjid ini sebuah menara yang bernilai
historis tinggi, eksotis dan unik.
Menara Kudus ini terletak
di Desa Kauman, Kecamatan Kota, Kudus. Menara yang didirikan oleh Jafar Shodiq alias Sunan Kudus pada
tahun 1549 M (956 H) ini tersusun atas batu bata merah yang
terlihat seperti sebuah bangunan candi
peninggalan jaman Hindu. Masjid
Menara Kudus ini merupakan perpaduan antara budaya Islam dengan budaya Hindu. Gaya arsitektur candi pada Menara
Kudus menyerupai candi-candi di Jawa Timur, salah satunya seperti Candi Jago di
Malang. Selain itu, bangunan masjid ini juga menyerupai Menara Kukul di Bali.
untuk lebih jelasnya bisa dilihat di web Kemenag
Untuk
memasuki halaman Masjid Kudus harus melewati dua gapura utama yang berbentuk
candi. Dan pada bagian belakang masjid, ada komplek Makam Sunan Kudus yang
selalu ramai dikunjungi oleh
para peziarah. Di
kompleks makam yang bersekat-sekat ini juga terdapat ratusan makam lainnya dari
keluarga beliau, para pangeran, panglima, dan sahabat beliau. Makam Sunan Kudus
sendiri terletak paling dalam. Setiap tanggal 10 Muharram, ada tradisi yang dinamakan
dengan buka luwur, yakni penggantian kain kelambu makam dengan yang baru. Dan
pada saat itu banyak
dikunjungi wisatawan yang datang dari berbagai wilayah Indonesia. Keindahan serta nilai historis dari
menara kudus ini mengingatkan kita akan pentingnya menjaga harmonisasi antar
umat beragama yang telah dilaksanakan sejak dahulu.
2. Makam
Sunan Muria
Salah satu walisongo yang bernama
Syeh R.Umar Sa’id atau yang terkenal dengan sebutan sunan muria ini dimakamkan
di desa Colo, Kec. Dawe. Berjarak kira kira 18 km dari pusat kota. Makam ini
berlokasi di atas sebuah bukit di desa tersebut dan berada satu kompleks dengan
masjid sunan muria Untuk itu pengunjung yang ingin ziarah ke makam sunan muria
harus berjalan kaki sejauh kurang lebih 500 meter melalui anak tangga. Untuk
yang tidak ingin capek berjalan naik ke atas bukit, pengunjung bisa memilih
diantar ojek motor.
Dalam
perjalanan menuju ke makam sunan muria, pengunjung disuguhi dengan beberapa kios cinderamata,
oleh oleh dan aneka jajanan. Di kompleks masjid, kita bisa melihat beberapa
peninggalan sejarah seperti bangunan masjid yang beratap joglo, bertingkat tiga
dan beratap kayu sirap, empat tiang
pondasi masjid dan sebuah bedug yang dibuat tahun 1834.
3. Air
Terjun Montel
Air
terjun ini masih berada pada kawasan Makam Sunan Muria. Setelah selesai
berziarah kita bisa menikmati sejuknya air di air terjun montel. Air terjun ini
memliki tinggi sekitar 25 meter. Kita dapat mengunjungi Air terjun monthel 30
menit dengan berjalan kaki dari makam Sunan Muria. Kita juga bisa memilih jasa ojek
untuk dapat mengunjungi montel. Kita dapat bermain dan menikmati segarnya air
di tempat itu. Terdapat batu batu besar yang menambah keindahan air terjun
tersebut.
4. Objek
Wisata Colo
Obyek wisata ini masih terletak di
lereng gunung muria. Pemandangan indah bukit bukit yang berada di pegunungan
muria sangat cocok bagi kita yang ingin bosan dengan suasana kota. Colo berada
pada ketinggian 1.602 mdpl ini memiliki suasana yang sejuk dan alami.
Di
Colo terdapat juga bumi perkemahan Kajar yang terletak di kawasan hutan Pinus,
berjarak 3 km ke arah selatan dari obyek wisata Colo, tepatnya di desa Kajar
Kecamatan Dawe Kudus. Kawasan Kajar merupakan lokasi yang yang biasanya
digunakan untuk kegiatan camping dan hiking (perkemahan dan jelajah medan atau
lintas alam), baik bagi pelajar, pramuka, maupun remaja pada umumnya.
5. Rahtawau
Rahtawu merupakan sebuah nama desa.
Desa rahtawu ini merupakan sebuah desa yang berada di Kec. Gebog, Kab. Kudus.
Desa rahtawu adalah salah satu desa wisata yang berada di lereng gunung muria.
Kita dapat menuju lokasi desa rahtawu dengan mengendarai motor ataupun mobil.
Tapi dianjurkan menggunakan sepeda motor saja dikarenakan jalan yang ditempuh
agak sempit.
Rahtawu
berada pada ketinggian 1.627 mdpl. Kita bisa menikmati suasana pegunungan
dengan udara yang sejuk dan segar yang masih sedikit terkena polusi. Selain itu
kita bisa memandang indahnya pemandangan khas pegunungan saat menuju ke desa
Rahtawu. Di rahtawu kita bisa mencoba mandi di sungai yang masih jernih yang
dihiasi batu kali. Selain itu kita bisa mengunjungi beberapa bangunan pertapaan.
6. Museum
Kretek
Museum Kretek ini terletak di Desa Getas
Pejaten, Kecamatan Jati, Kudus,sekitar 3 km dari Kota Kudus, yang dibuka pada 3
Oktober 1986, museum ini menyimpan bebrapa peralatan pembuatan rokok kretek dan
klobot, beberapa foto sejarah rokok di Kudus dan diorama yang memperagakan
proses pembuatan rokok.
Di
kompleks museum ini juga terdapat rumah Joglo yang merupakan rumah adat Jawa.
Rumah Adat dibuat tahun 1828 M, dibangun dengan bahan kayu jati berkualitas
tinggi dengan sistem bongkar pasang tanpa paku.
7. Museum
Situs Patiayam
Situs
Patiayam merupakan salah satu obyek wisata bernuansa purbakala yang terdapat di
Kudus terletak Di Desa Terban, Kecamatan Jekulo. Kita dapat melihat gading
gajah purba, gigi geraham Homo Erectus, dll. Situs Patiayam termasuk salah satu
situs Homonid pada periode Plestosin di Jawa. Sang primadona di situs patiayam
ini adalah Stegodon
Trigonochepalus atau yang disebut gajah purba.
8. Wisata
Alam Rajenu
Wisata
Alam Rejenu ini terletak di Pegunungan Argo Jembangan, Gunung Muria, Kita dapat
menikmati indahnya pemandangan pegunungan dan keanekragaman hayati dan satwa di
daerah tersebut. Di
wilayah ini juga terdapat Sumber mata Air Tiga Rasa airnya memiliki tiga
rasa, yang konon memiliki khasiat berbeda, dan jika dicampur rasanya akan
menjadi tawar.
9. Waterboom
Mulia Wisata
Terletak
di Jalan Kudus-Colo, kilometer 12, Desa Lau, Kecamatan Bae, Kabupaten Kudus.
Waterboom ini merupakan satu satunya wahana air yang ada di Kudus yang baru
saja diresmikan pada tahun 2011. Terdapat berbagai wahana permainan air seperti
ember besar, kolam arus, dan kolam renang standar. Jika tak ingin bermain air,
kita bisa juga mencoba ATV atau hanya sekedar mancing. Terdapat juga mini
market, warung makan, kantin dan aneka buah dan jus. Jadi tidak usah khawatir
dan repot membawa bekal dari rumah. Waterboom ini buka mulai jam 08.00 sampai
17.00 setiap hari.
KULINER KUDUS
1. Soto
Kudus
Soto
Kudus agak berbeda dari soto daerah lain. Soto Kudus mempunyai banyak taburan
bawang dan mempunyai rasa yang kuat. Biasanya soto Kudus disajikan dalam
mangkok-mangkok kecil. Dalam seporsi soto ayam berisi nasi putih yang
ditambahkan taoge, irisan kol dan seledri, suwiran daging ayam, bawang merah
dan bawang putih goreng. Kemudian disiram kuah yang kuning agak keruh, karena
kuahnya manggunakan santan. Kalau tidak suka langsung dicampur, kita bisa minta
agar nasinya dipisahkan. Untuk ayamnya, kedai ini hanya menggunakan ayam
kampung. Di atas meja juga disediakan aneka pelengkap, ada sate telur puyuh,
perkedel, sate kerang, sate hati ampela, paru dan masih banyak yang lainnya.
Yang cukup terkenal adalah Soto Ayam Pak Denuh yang terdapat di Jl. Agil
Kusumadya, Soto Jatmi di Jalan Wachid Hasyim, Soto Ramidjan, Taman Bojana ( Jl.
Simpang Tujuh ), Jl. Dr Lukmonohadi, depan Pasar Jember dan tempat lain di
sekitar Kota Kudus.
2. Soto
Kerbau
Soto
kerbau bisa didapat di Jl. Agil Kusumadya, Jl. Nitisemito, Jl. HM Subchan,
Taman Bojana, depan Pasar Jember dan tempat lain di sekitar Kota Kudus
3. Sate
Kerbau
Kebanyakan
sate yang kita kenal terbuat dari daging ayam atau kambing. Tapi kalau
berkunjung ke Kota Kudus, kita akan menjumpai sate yang lain dari yang lain,
yaitu terbuat dari daging kerbau. Dalam proses pembuatannya, daging kerbau ini
ditumbuk dan dibuang seratnya yang alot. Kemudian dicampur dengan bumbu racikan
dan direkatkan dengan tusuk sate, kemudian dibakar setengah matang. Sate akan
dibakar matang setelah ada pembeli, karena kalau dari mentah penyajiannya
terlalu lama. Sate disajikan dengan saus yang cukup unik, terbuat dari campuran
kacang dan kelapa sangrai serta gula merah yang dihaluskan. Sausnya tidak
terlalu kental, baik sate maupun sausnya bercita rasa manis. Bagi pelanggan
yang suka pedas, tersedia cabe rawit panggang. Salah satu kedai sate kerbau
yang cukup dikenal bernama Sate Kerbau Maju 57, terletak di jalan Wergu, Sate
Kerbau Jastro yang terletak di Ruko depan Nusantara, Jl. Gang I, Jl. Gang III,
Jl. Pemuda dan tempat-tempat di sekitar Kota Kudus.
4. Pindang
Ayam/Kerbau
Nasi
pindang ini seperti Rawon, menggunakan daging kerbau atau ayam, rasanya manis
dan gurih. Bisa didapat di Taman Bojana dan lokasi lain di sekitar kota Kudus.
5. Lenthog
Tanjung
Lentog
berasal dari kata pulen dan montog, yang merupakan definisi dari bentuk serta
rasa lontongnya. Sedangkan untuk Tanjung, merupakan nama daerah dimana lentog
ini mulai dikenal masyarakat. Maka terciptalah nama Lentog Tanjung yang kini
sudah dikenal hingga ke beberapa kota lain. Lentog Tanjung juga menjadi salah
satu makanan khas kota Kudus yang banyak digemari hampir seluruh lapisan
masyarakat Kudus. Biasanya lentog tanjung dinikmati sebagai menu untuk sarapan,
terdiri dari 3 bahan utama, ada lontong yang dipotong kecil-kecil, sayur gori (nangka
muda) dan lodeh tahu. Di sajikan di atas piring kecil yang dialasi daun pisang
serta taburan bawang goreng, membuatnya semakin gurih saat disantap. Selain
tampilannya yang sederhana, untuk memakannya juga tidak menggunakan sendok,
namun menggunakan suru (sendok
dari daun pisang). Meski tampilannya sangat sederhana, namun rasanya cukup
menggugah selera untuk menambah lagi, karena porsinya tidak terlalu banyak.
Sedangkan untuk lauk pelengkapnya, ada sate telur, irisan bakwan atau kerupuk.
Kuliner yang satu ini memang cukup sederhana, harganya juga sangat bersahabat.
Kalau ingin menikmati di daerah asalnya, bisa singgah ke desa Tanjung Gang I,
Kudus. Di sebuah ruas jalan terdapat hampir 20 kios yang berjajar rapi
menyajikan menu lentog tanjung. Biasanya lentog tanjung hanya bisa ditemukan
dari pagi sampai siang hari, lebih tepatnya sekitar jam 6 pagi sampai sekitar
jam 11 siang setiap hari. Lenthog bisa juga didapat di GOR Wergu Wetan dan
sekitar Kudus.
6. Garang
Asem
Jika
berkunjung ke Kudus jangan sampai terlewatkan untuk menyantap garang asem khas
Kudus yang pedas dan maknyuss. Masakan khas Kudus ini diolah dari ayam kampung
dipotong kecil-kecil dikukus dalam daun pisang, kuahnya diberi cabai rawit dan
belimbing.yang memberikan rasa asam dan segar. Pokoknya maknyus. Ada 3 jenis
garang asam yang tersedia di rumah makan ini, ada garang asam ayam, jerohan dan
cakar ayam. Tidak perlu menunggu terlalu lama, garang asam yang masih
terbungkus daun pisang dan mengepulkan asap sudah tersaji di atas meja. Ukuran
porsinya cukup besar, cukup untuk dinikmati 2 orang. Ketika bungkusnya dibuka,
aromanya sangat menggoda, irisan tomat hijau, cabai hijau dan bawang putih
membungkus potongan ayam yang cukup kecil tapi banyak. Setelah mencicipi
kuahnya yang bening, ada rasa asam, pedas dan menyegarkan, dagingnya empuk
seperti dipresto.Lokasi : RM Sari Rasa, Jalan Agilkusumadya dari arah terminal
induk Kudus ( arah Semarang ) lurus kiri jalan setelah kantor PLN berseberangan
dengan Yayasan Jemaah Haji Kudus. Biasanya rumah makan ini mulai melayani para
pengunjungnya setiap hari mulai dari jam 7 pagi sampai jam 9 malam. Tapi untuk
menu garang asamnya mulai tersedia sekitar jam 10 pagi, dan sebelum jam 7 malam
biasanya sudah kehabisan menu ini.
7. Opor
Ayam Panggang
Opornya
agak kering, ayamnya dipanggan terlebih dahulu, sebagai pelengkap ditambah
sambel goreng tahu yang agak manis. Lokasi : Sunggingan, Jalan Tanjung
OLEH-OLEH
KHAS KUDUS
1, Jenang Kudus
Jenang merupakan sejenzis dodol
terbuat dari ketan hitam. Rasanya kenyal manis. Sekarang semakain berkembang
dengan kombinasi rasa buah-buahan. Jenang ini biasanya dijual dalam
potongan-potongan kecil, dibungkus kertas kaca, dan dimasukkan ke dalam
kemasan.Tersedia juga dalam rasa mocca dan capucinno. Di Kudus terdapat banyak
produsen jenang skala home industri. Lokasi belanja : Jenang 33 ( Jenang
Mubarok ) di Jalan Sunan Muria, Jenang Kenia di Jalan Sunan Kudus dekat Menara
Kudus, Jenang Menara di Jalan Sosrokartono, Jenang Aminah dekat Masjid Agung
Kudus
2. Keciput
Jika kebetulan melewati kota Kudus Jawa
Tengah, jangan lupa memborong kue keciput untuk oleh-oleh keluarga. Kue imut
mungil bertabur wijen tersebut merupakan kue khas kota Kudus. Sejak dulu, warga
kota Kudus, sudah mengenal dan membuat kue keciput. Kue ini juga biasa disebut
kue kecil, karena bentuknya yang mungil dan imut. Biasanya kue keciput dimakan
saat santai untuk menjamu tamu, ataupun ketika berwisata bersama keluarga.
Bahan dasarnya pun mudah didapat, yakni Telur, margarin, tepung dan adonan
perasa. Bahan tersebut dicampur dan diaduk hingga merata. Usai mengembang dan
adonan mengeras, tinggal membentuk ukuran keciput sesuai selera. Tak lupa
adonan potongan keciput diayak dengan wijen. Cara ini agar lebih mudah, untuk
menaburkan wijen secara merata keseluruh permukaan kue keciput. Kue keciput
dijual dengan harga bervariasi, antara antara 25 Ribu sampai 35 Ribu Rupiah
perkilo-gramnya. Atau paket kecil ukuran tertentu dengan harga 15 Ribuan.
Pesanan kue keciput berasal dari dalam dan luar kota Kudus seperti Semarang,
Demak, Jepara dan beberapa kota lainnya.
Lokasi belanja : di Pusat Jenang
Mubarok, Pusat oleh-oleh dekat terminal Kudus, Jalan Sosrokartono dsb
3. Kacang Bawang Sumber Gelis
Kacangnya beda dari yang lain,
gede-gede, renyah, gurih asin manis, bumbu meresap. Lokasi Belanja : di Jalan
Sunan Muria dekat Jembatan Kali Gelis
Sumber
:
0 Response to "KUDUS, MEMBANGUN SEJARAH DALAM WISATA"