Namaku Vallentina,
lahir tepat di tanggal 14 februari. Makanya, mami dan papi memberiku nama
Vallentina. Atau, akrab disapa Vallen.
Aku manja, bawel, cerewet,
boros. Aku suka menghambur-hamburkan uang yang mami beri ke aku buat shopping
bersama teman-teman aku. Dan kebanyakan dari belanjaanku adalah boneka.
Yeah, walau usiaku sudah
menginjak kepala dua alias dua puluh tahun, tapi aku tetap suka dengan yang
namanya boneka. Kenapa? Karena boneka
adalah teman setiaku sedari aku masih kecil. Boneka adalah teman mainku sekaligus teman tidurku. Bahkan, kemanapun aku selalu membawanya.
adalah teman setiaku sedari aku masih kecil. Boneka adalah teman mainku sekaligus teman tidurku. Bahkan, kemanapun aku selalu membawanya.
Dan aku mempunyai boneka
kesayangan. Namanya Pheo, boneka teddy bear berwarna ungu dan memakai syal
berwarna merah muda. Boneka ini diberi oleh Levrand-mantan pacarku—tepatnya
tiga tahun yang lalu, saat aku berulang tahun yang ke tujuh belas.
Aku sangat menyayangi Pheo,
setiap malam aku selalu tidur dengannya. Makanya, aku shock berat ketika
Levrand memtuskan aku. Rasanya, aku ingin membuang Pheo jauh-jauh dari hidupku.
Namun tak bisa aku pungkiri, aku tak bisa tidur tanpa Pheo.
Move on, move on dan move on.
Aku membuang Pheo. Aku masukkin da ke dalam kardus, aku tutup rapat-rapat
kardus itu dan aku membawanya ke gudang. Aku kunci gudang itu. Namun tetap sama
aja, aku tidak bisa tidur tanpa Pheo.
Pheo, plissss. Jangan ganggu
aku! Aku tuh benci sama kamu! Kamu tuh hanya akan ngingetin aku ke Levrand, dan
itu nyakitin, Pheo. Gerutuku disaat aku berusaha memejamkan mataku.
Aku pun melirik jam dinding yang
terpapang di sudut kamarku. Waktu sudah menunjukkan pukul satu dini hari.
Mataku belum mampu terpejam, aku merindukan Pheo.
***
Sewaktu di kampus, aku berulang
kali menguap. Aku sangat ngantuk, tubuhku terasa lemas karena kurang tidur.
“Len, gue liat sedari di kelas
tadi loe nguap terus, habis ke mana loe semalem? Jangan bilang kalau loe ke
club tanpa ngajak-ngajak gue!” tanya Dira-sahabatku—dengan setengah mengancam.
Aku melirik Dira. “Clubing
clubbing kepala loe peyang? Clubbing tuh Cuma bakalan ngingetin gue ke Levrand,
you know!” jawabku dengan nada sedikit sinis.
Ya, maklum. Aku benci dengan
semua yang berbau Levrand. Lelaki yang tiga tahun berpacaran denganku itu,
teganya menghianati cintaku. Dia berselingkuh dengan Maya, mantan pacarnya.
“Terus, loe semalam ngapain aja?
Mpe sekarang ngantuk-ngantuk gitu?” tanya Dira ingin tahu.
Aku mengerutkan dahi. Masa iya
aku harus ngaku kalau aku nggak bisa tidur tanpa Pheo di sisiku? Masa iya kalau
Cuma gara-gara boneka saja aku sampai begadang semalaman. Cewek metropolitan
kayak aku, bisa-bisanya tidak bisa tidur hanya karena boneka panda yang
harganya Cuma ratusan ribu.
“Kok malah ngalamun sih, Len?”
tanya Dira membuat lamunanku melayang.
Aku menarik nafas panjang.
“Gue nggak bisa tidur lantaran
Pheo gue buang ke gudang, puas loe!” jawabku dengan nada sinis lalu pergi
meninggalkan Dira.
Dira hanya melongo mendengar
jawaban dari mulutku. Ya, mungkin menurutnya jawabanku terkesan LUCU!
"Tulisan ini untuk ikut kompetisi @_PlotPoint: buku Catatan si Anak Magang Film "Cinta Dalam Kardus" yang tyang di bioskop mulai 13 Juni 2013"

0 Response to "CINTA DALAM KARDUS"