Latest News

Surat Hari 26 : Mualaf Yang Meminta Suamiku

Surat Hari 26 : Mualaf Yang Meminta Suamiku



Dia hadir dan dia ada. Sebuah lafal yang menjadikannya seorang muslim telah diucapkannya. Dan semua itu dia lakukan atas nama cintanya kepadamu. Bahkan menjadi sosok durhakapun dia pertaruhkan demi cinta yang sekarang terlarang. Lebih mengejutkan lagi, dia tak peduli meski menjadi yang kedua.

Menurutku  dia egois. Setelah semua yang terjadi dan berlalu, setelah ada hati yang menjadi bagian dari kisah kalian, dengan seenaknya dia merubah sejarah yang aku rangkai. Bagaimana jika aku tak mau?

Aku bukan robot, bukan pula boneka. Aku manusia, berhati dan berperasaan. Aku merasa luka dan aku tahu bagaimana sakitnya kecewa. Dan hatiku, bukan permainan yang bisa dengan seenaknya kalian mainkan.

Jika memang ingin kembali bersama, lepaskan aku dan lupakan semua kisah yang telah kita lalui. Maaf, aku tak sanggup membagi cinta meski surga adalah bayarannya. Aku tak sanggup membagi suamiku dengan perempuan lain.

Bukan, bukan karena tak cinta dan bukan pula enggan mempertahankan cinta. Tapi bila kenyataan hatimu masih untuknya, lantas aku bisa apa?

Cinta hanya sebatas kata, untuk apa bertahan jika hanya menebar luka? Cinta seharusnya membuat bahagia, bukan malah mengukir kecewa?

Maaf untuk segala resah ini. Dan maaf bila menurutmu aku egois. Tapi aku wanita, berhati berasa dan aku tak bisa membagi cinta.

Salam cinta

Witri prasetyo aji

4 Responses to "Surat Hari 26 : Mualaf Yang Meminta Suamiku"

  1. menulis itu katanya menyembuhkan, tuliskan terus resahmu agar lega. tapi jangan lupa bahagia yaa


    -Ikavuje

    ReplyDelete